psiaceh.or.id/ – Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Lampung akan menggelar Konferensi Wilayah (Konferwil) ke-11 akhir Juli 2023 mendatang dengan mengusung tema "Membangun Kemandirian Nahdlatul Ulama, Dalam Rangka Merawat Jagat dan Membangun Peradaban”.
Tema diatas sengaja diusung, agar Nahdlatul Ulama sebagai ormas Islam terbesar dan jamaah terbanyak di Indonesia, bisa mempertahankan kemandirian secara kelembagaan NU dalam setiap bidang di masyarakat.
Hal tersebut diungkapkan oleh Ketua Pelaksana (OC) Konferwil NU Lampung Prof Alamsyah kepada psiaceh.or.id/, Rabu (19/07/2023).
Menurut Prof Alamsyah tantangan Nahdlatul Ulama kedepan bagaimana menanggapi pesatnya kemajuan teknologi informasi atau dunia digital hingga kemandirian ekonomi NU secara kelembagaan.
[elementor-template id="13"]
[elementor-template id="11"]
Menyangkut ekonomi, menurut Prof Alamsyah aspek tersebut perlu mendapatkan perhatian serius hingga perlu ada sebuah upaya-upaya peningkatan.
Ia menilai, konsumen terbanyak di negeri ini merupakan warga Nahdlatul Ulama, mengingat hampir 60-70 Persen umat Muslim di Indonesia adalah jamaah NU.
"Oleh karena itu, NU semestinya bukan hanya besar sebagai sebuah organisasi melainkan juga harus besar kekuatan ekonominya," tuturnya.
Dalam rangka menguatkan kemandirian ekonomi, tidak berlebihan jika PWNU yang notabene Kelas A, klasifikasi 1 diharuskan memiliki Perguruan tinggi di tingkat wilayah. Selanjutnya PCNU dan MWCNU serta-serta ranting-ranting diharuskan memiliki sebuah badan usaha.
[elementor-template id="13"]
[elementor-template id="11"]
Menurut Prof Alamsyah, jika badan usaha bisa dikelola dengan baik. Maka hal tersebut akan membangun kemandirian ekonomi Nahdliyin dan kemandirian itu selanjutnya akan memberikan kontribusinya terhadap perkembangan Nahdlatul Ulama.
"Untuk mewujudkan kemandirian ekonomi tersebut, perlunya jalinan kolaborasi antar warga NU. Jika bangunan kerjasama sudah terjalin maka perlahan kader NU tidak hanya menjadi konsumen melainkan menjadi pelaku ekonomi," ujar Prof Alamsyah.
Kendati begitu, kata Kemandirian didalam tema Konferwil tersebut bukan hanya menyangkut aspek ekonomi, melainkan menyangkut aspek-aspek yang lain juga.
Seperti halnya budaya, kemandirian Nahdlatul Ulama dalam aspek kebudayaan mustilah tidak ikut sana ikut sini, melainkan memiliki sikap yang mandiri, sikap khasnya warga NU.
Selanjutnya dalam aspek politik, ia menilai Kader-kader NU sudah terbilang cerdas dan pintar dalam wilayah tersebut.
[elementor-template id="13"]
[elementor-template id="11"]
Prof Alamsyah mengungkapkan, jika kemandirian secara ekonomi, politik, budaya dan pendidikan sudah dimiliki oleh NU. Maka akan mendorong kader-kader NU menjadi kader yang berkualitas dan cerdas.
Kecerdasan dan kualitas yang dimiliki tersebut, tentu akan berdampak langsung dengan kehidupan masyarakat atau memberi kontribusi nyata bagi kemajuan tanah air Indonesia (jagat). Hingga melakukan perbaikan-perbaikan terhadap peradaban.
Selanjutnya, ia mengatakan generasi muda NU atau generasi 25 tahun kedepan merupakan sebuah generasi 5.0 atau generasi Z.
Generasi saat ini, tentu memiliki tantangan sekaligus strateginya tersendiri. Oleh karena itu, tidak bisa menyamakan persoalan yang dihadapi generasi Z saat ini dengan anak muda masa penjajahan hingga ke orde lama.
Menghadapi kemajuan digital, menurutnya pondok pesantren kedepan bukan hanya memberikan pelajaran yang hanya meyangkut agama.
"Sebagian di pondok menekuni agama, sebagian lagi di pondok menekuni teknologi dan ekonomi. Serta perlu untuk menempuh kuliah di Universitas umum bukan hanya agama saja," tambahnya.
[elementor-template id="13"]
[elementor-template id="11"]
Meski begitu, kemampuan berteknologi harus tetap diimbangi dengan fondasi Ahlussunnah wal Jamaah An-nahdiyyah.
"NU harus mengikuti pesatnya kemajuan dunia digital, jikalau tidak maka akan mengalami ketertinggalan," tutupnya. (sandika)






Leave a Reply