psiaceh.or.id/ – Pemilih pemula atau anak muda sangat rentan dengan politik uang dan Golput. Pasalnya pemilih pemula belum memiliki keterikan dengan parpol manapun, ditambah secara ekonomi belum stabil.
Hal tersebut diungkapkan eks KPU Lampung yang juga pengamat politik Handi Mulyaningsih dalam sebuah kesempatan.
Menurut Handi, Gen Z akan sangat mudah terpengaruh oleh money politik. Sebab, kata dia, Gen Z sarat dengan masa yang cair dan mengambang.
“Ya, anak muda belum memiliki keberpihakan secara politis maupun kesamaan nilai dengan politisi yang mengikuti kontestasi politik tersebut,” jelas dia.
[elementor-template id=”13″]
[elementor-template id=”11″]
Sedangkan untuk pemilih usia 30 tahun keatas, mereka sudah mapan secara ekonomi, jadi lebih kecil kemungkinan untuk terkena politik uang. Sementara, kelompok pemilih yang rentan golput adalah generasi Z dan generasi milenial.
“Hal tersebut dikarenakan, anak muda belum memiliki pemahaman yang cukup terkait politik dan belum terikat dengan fatsun politik manapun,” tuturnya.
Karenanya, menurut Handi, terlalu dini untuk menentukan arah suara pemilih pemula. Anak muda memiliki kebebasan untuk menentukan keberpihakan hak pilih, bahkan teruntuk tendensi Golput sekalipun, sangat besar.
“Dari kelompok pemilih, yang ditetapkan oleh KPU Kota Bandarlampung beberapa waktu yang lalu, anak muda, atau generasi Z dan Generasi Milenial belum memiliki keterikatan nilai dengan Parpol manapun,” ujarnya.
[elementor-template id=”13″]
[elementor-template id=”11″]
Karakter milenium, lanjutnya, belum memahami politik, sehingga mereka memiliki kebebasan tersendiri untuk menentukan hak pilihnya sesuai dengan yang dikehendakinya.
“Keberpihakan mereka pun sangat cair dan mengambang,” ujar dia.
Sosmed Sangat Mempengaruhi
Handi menambahkan, pendidikan politik anak muda saat ini sangat tergantung pada pembicaraan politik di sosial media. Sosmed saat ini merupakan makanan sehari-hari kaum milenial.
“Jadi kedewasaan berpolitik anak muda, pengaruhnya sangat besar dari sosial media,” tegasnya.
Karenanya, penting bagi aktor-aktor politik membangun narasi politik yang sehat dan bijak di sosial media. Hal tersebut penting bagi pendidikan politik.
[elementor-template id=”13″]
[elementor-template id=”11″]
“Ya, politisi harus mulai melakukan pendidikan politik via Sosmed. Bangunlah narasi politik yang sehat dan bijak di sosial media,” pungkasnya. (sandika)







Leave a Reply