psiaceh.or.id/ – Bukan rahasia umum bila suara warga Nahdliyin dalam pemilihan umum (Pemilu) diperebutkan. Mengingat Nahdlatul Ulama (NU) merupakan ormas keagamaan dengan pengikut terbesar.
Dalam kancah nasional ketiga poros koalisi partai politik berebut dukungan warga NU sudah menjadi pemberitaan sehari-hari.
Penentuan cawapres dari NU pun menjadi salah satu yang diperhitungkan oleh ketiga koalisi saat ini. Bahkan koalisi perubahan mengusung Muhaimin Iskandar sebagai Cawapres dinilai karena memiliki latar belakang NU.
Begitupun, dengan Koalisi Indonesia Maju (KIM) dan koalisi yang digagas oleh PDI Perjuangan yang mencantumkan tokoh NU dalam bursa cawapresnya seperti Khofifah Indar Parawansa, Yenny Wahid dan Mahfud Md.
Tak hanya itu, para Capres dari ketiga koalisi pun berebut dukungan dari para ulama, Kyai, hingga ke ponpes NU.
Selain berebut dukungan, salah satu isu nasional yang menarik perhatian publik adalah pemberitaan antara PKB dengan NU.
Lalu bagaimana dengan warga Nahdliyin dan PKB di Lampung?
PKB adalah Anak Kandung Nahdlatul Ulama
Menurut Politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Lampung Taufik Rahman, PKB adalah anak kandung dari Nahdlatul Ulama (NU). Ini adalah fakta sejarah yang tak terbantahkan.
Ia mengatakan pada tahun 1984 dibawah kepemimpinan Abdurrahman Wahid (Gusdur) PBNU menyatakan sikap kembali ke barak atau kembali sebagai ormas sosial kemasyarakatan dan keagamaan. Dalam bahasa lain tidak lagi terlibat dalam politik.
Namun, ketika Gusdur menarik PBNU dari politik, Gusdur membentuk Lakpesdam NU, sebagai pusat penggemblengan dan kaderasasi ideologi warga Nahdliyin.
Sementara secara eksternal, Gusdur mempelopori pembentukan Forum Demokrasi (Fordem) sebagai ruang bagi cendekiawan untuk menyampaikan aspirasi masyarakat dan membangun prinsip berdemokrasi.
Menurut pria yang akrab disapa Kang Opick ini, setelah era orde baru runtuh, PKB Lahir sebagai wadah politik bagi warga Nahdliyyin. Hal ini tidak terlepas dari desakan warga Nahdliyyin di daerah-daerah agar membuat wadah politik bagi NU. Kelahiran PKB merupakan hasil Muktamar PBNU. Ini merupakan sesuatu yang tak terbantahkan bahwa PKB lahir dari NU.
Di masa kelahiran PKB warga NU menganggap penting untuk membentuk sebuah wadah politik. Bahkan penamaan PKB dimiripkan dengan Nahdlatul Ulama. Nahdlatul berarti kebangkitan. PKB adalah bagian dari NU, meski NU tidak ikut berpolitik.
Menurut Kang Opick, yang juga tercatat sebagai Katib Syuriah PCNU Bandarlampung ini, melihat peristiwa di Nasional antara PKB dan NU bukanlah sebuah perseteruan. Benar bahwa NU tidak terlibat dalam politik. Namun dalam dunia perpolitikan NU memiliki anak kandung bernama PKB, karena itu, saat berbicara politik, maka urusan PKB.
NU di Lampung merupakan yang terbesar setelah Jawa Timur. Bahkan NU Lampung memiliki kategori A. Hal ini menunjukkan pengurus NU menjalankan tugas secara profesional. Karena itu tidak ada persoalan sama sekali antara NU dan PKB atau tidak ada perselisihan NU dan PKB sebagaimana di Nasional. Apalagi teruntuk di Bandarlampung hubungan antara PKB dengan NU sangat harmonis.
Bagi anggota DPRD Kota Bandarlampung tiga periode ini, terdapat banyak kader PKB yang merupakan warga Nahdliyin. Hal ini karena PKB merupakan anak kandung NU.
Fungsionaris NU terbilang proporsional atau bisa menempatkan posisi sesuai dengan perannya. Dimana menempatkan diri sebagai pengurus NU atau PKB atau bahkan ketika menjadi warga.
“Secara organisasi NU memang tidak terlibat dalam politik. Namun secara pribadi warga Nahdliyyin memiliki hak politik,” ujarnya saat diwawancarai pada Senin (09/10/2023).
Menurutnya, PKB membawa kepentingan Nahdlatul Ulama melalui politik. Ini adalah sesuatu yang wajar karena PKB berbakti kepada orangtuanya atau dalam hal ini NU.
Ini merupakan kewajiban PKB, maka sesuatu yang wajar jika yang mengurusi NU adalah PKB. Hal ini dilakukan bukan hanya menjelang Pemilu saja. Sebab tugas PKB adalah mengurusi warga Nahdliyin melalui kebijakan pemerintahan.
Ia mengatakan terdapat beberapa kebijakan pemerintah yang pro terhadap warga Nahdliyin. PKB sangat konsen terhadap itu. Hal ini juga menjadi sebuah kebanggaan bagi PKB ketika mendorong sebuah kebijakan yang peduli terhadap NU.
PKB adalah anak NU sekaligus yang mendorong aspirasi warga Nahdliyin melalui kebijakan maka berefek langsung kepada dukungan warga NU ke PKB. Meski secara pribadi.
Karena ada kedekatan secara ideologi maka sesuatu yang wajar bila warga Nahdliyyin menyalurkan hak politiknya untuk PKB. Meski itu merupakan hak politik masing-masing.
PWNU Lampung Netral
PWNU Lampung menyatakan bahwa NU tidak terlibat dukungan terhadap peserta pemilihan presiden (Pilpres) pada 2024 mendatang hingga pemilihan legislatif (Pileg). Hal ini senada dengan sikap PBNU yang menyebutkan tidak terkait dengan salah satu pasangan Capres-cawapres.
Menurut Ketua Tanfidziah PWNU Lampung Puji Raharjo, NU merupakan organisasi keagamaan dan tidak memiliki afiliasi terhadap partai politik mana pun.
Ia menyebutkan jika terdapat kader NU yang menjadi peserta dalam Pemilu 2024 itu adalah hak pribadi mereka dan bukan mengatasnamakan dari NU.
Meskipun NU menurutnya memiliki basis massa yang besar, namun NU bukan partai politik. Oleh karena itu, NU tidak memiliki agenda untuk mencalonkan atau mendukung calon tertentu dalam Pemilu 2024.
“Sebagai organisasi keagamaan, NU lebih fokus pada pembinaan umat dan pemberdayaan masyarakat. Hal itu sebagai komitmen NU untuk menjaga keharmonisan hidup bernegara,” ujarnya belum lama ini.
Ia mengungkapkan, NU selalu menekankan pentingnya prinsip-prinsip dasar negara, yaitu Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 1945. Bagi NU, prinsip-prinsip ini bukan sekadar simbol, tetapi merupakan jati diri bangsa yang harus dijaga dan dilestarikan
Arah Dukungan Warga NU tergantung Patron yang Diikuti
Meski Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dilahirkan oleh tokoh-tokoh NU, tak lantas membuat NU menyatakan dukungan politik ke PKB. Sebagaimana yang diketahui Pengurus NU dari tingkat pusat hingga daerah menyatakan bersikap netral dan tidak terafiliasi dengan partai politik manapun.
Menurut pengamat politik, dari Universitas Lampung (Unila) M. Iwan Satriawan, meski PKB dan NU memiliki kedekatan secara ideologi, secara politik NU terutama di Lampung masih sangat cair.
Ia mengatakan dalam tubuh NU terbagi menjadi dua, pertama NU Struktural yang merupakan seorang pengurus mulai dari tingkat pusat, daerah hingga kecamatan. Sedangkan yang kedua, NU Kultural, yang mempraktikkan amalan NU namun tidak menjadi pengurus di struktural NU.
Pilihan politik warga Nahdliyyin menurutnya tergantung dari arahan kyai yang dijadikannya sebagai panutan. Warga NU memiliki patron-nya masing-masing. Karena itu pilihan politik warga NU berbeda-beda tergantung dengan patron-nya masing-masing.
Ia menilai, kyai di NU juga memiliki pilihan politik yang berbeda-beda dan tidak cenderung ke salah satu partai politik. Namun menurutnya jika pemilihan legislatif Kyai NU lebih cenderung ke Bacaleg dari PKB. Sementara untuk dukungan pilpres tergantung dari Cawapres yang ditetapkan. (sandika)






Leave a Reply